Tata Nilai Perawat (Care, Empathy, Altruism)
Posted by Unknown
Dalam suatu
institusi kesehatan, peran perawat adalah melakukan asuhan keperawatan dan
pelayanan kesehatan kepada klien. Perawat harus melihat klien sebagai manusia
yang utuh dan unik dan menjadikan klien sebagai sentral dalam melakukan asuhan
keperawatan. Dalam melakukan hal tersebut, perawat harus memiliki sikap dan
tata nilai perawat yang dapat mendukung pemberian asuhan dan pelayanan
kesehatan pada pasien. Tata nilai tersebut meliputi care, emphaty, dan altruism.
Namun, sebelum dipelajari lebih lanjut, ada baiknya kita memahami arti dari
tata nilai itu sendiri baik secara umum maupun dilihat dari keperawatannya itu
sendiri.
Nilai
secara
umum adalah sesuatu yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Nilai-nilai
berhubungan satu sama lain serta membentuk suatu sistem nilai. Perawat juga
telah menetapkan nilai dan harus mengembangkan kesadaran tentang bagaimanan
sistem nilai mereka sendiri akan mempengaruhi perawatan klien. Pemahaman sistem
nilai akan membantu perawat bertindak secara profesional.
Tata
nilai adalah seperangkat nilai yang harus dijunjung
tinggi oleh seseorang dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Tata
nilai merupakan modal yang amat besar pengaruhnya bagi upaya mewujudkan visi
dan misi suatu profesi. Tata nilai perawat meliputi 3 hal :
1. Caring
Care
adalah
tindakan penting dari inti keperawatan. Care
adalah nilai. Caring adalah sebuah
kebaikan. Care dalam bahasa Inggris
berarti asuhan, pemeliharaan, perawatan. Caring merupakan fenomena universal
yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan, dan bersikap ketika
berhubungan dengan orang lain. Caring
dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik,
artinya bukan hanya perawat saja yang dituntut untuk berperilaku caring, tapi sebagai manusia, kita juga
harus mampu memperhatikan manusia lain.
Mengapa
perawat harus care?
Terdapat tiga aspek penting yang
mendasari keharusan perawat untuk care terhadap
orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan aspek spiritual
dalam caring terhadap orang lain yang sakit.
1. ASPEK
KONTRAK
Radsma
(1994) dalam Morrison & Burnard (2009) mengatakan "perawat memiliki
tugas
profesional untuk memberikan care".
Pasien mungkin mengharapkan care dari
perawat sebagai bagian dari kontrak yang telah mereka buat dan menjadi perawat
berarti menawarkan care.
2. ASPEK ETIKA
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah,
bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagimana bertindak dalam situasi
tertentu. Jenis pertanyaan ini akan mempengaruhi cara perawat memberikan
asuhan. Meskipun seseorang bebas membuat keputusan, mereka juga harus
mempertimbangkan tanggung jawab yang terkait dengan perilaku tersebut. Kita
melakukan care karena kita terus menyatakan care sebagai "tindakan yang
benar".
3. ASPEK
SPIRITUAL
Di semua
agama besar di dunia, ide untuk saling caring
satu sama lain adalah ide utama. Oleh karena itu, perawat yang
"religius" adalah orang yang care,
bukan karena dia seorang perawat tetapi lebih karena dia adalah anggota suatu
agama atau kepercayaan.
Caring
dalam praktik
keperawatan
Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, dan selalu mendengarkan klien.
Kehadiran:
Suatu pertemuan orang dengan orang lain merupakan
sarana untuk lebih mendekatkan dan menyampaikan caring.
Sentuhan:
Menggunakan sentuhan merupakan salah satu cara
pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien
untuk memberikan perhatian dan dukungan. Sentuhan caring adalah suatu bentuk komunikasi non verbal yang dapat
memengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan
memperbaiki orientasi tentang kenyataan. Perawat dapat mengungkapkan jenis
sentuhan ini dengan memegang tangan klien atau ikut serta dalam pembicaraan.
Mendengarkan:
Caring
melibatkan interaksi interpersonal dan bukan sekadar percakapan resiprokal
antar 2 orang. Mendengarkan merupakan kunci untuk menunjukkan perhatian penuh
dan ketertarikan perawat. Caring
melalui mendengarkan juga membuat perawat terlibat dalam kehidupan klien.
2.
Empati
Empati adalah berusaha menempatkan
diri pada seseorang yang bersangkutan sehingga dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh orang yang besangkutan tersebut. Empati berbeda dengan simpati,
sikap melibatkan perasaan terhadap sesuatu hal, sehingga tidak dapat lagi berpikir
objektif merupakan sikap simpati yang tidak seharusnya dimiliki oleh perawat.
Senyum dan rasa empati yang
ditimbulkan setidaknya akan menjadi multivitamin dosis tinggi yang tanpa
antibiotik atau obat yang super keras akan menyembuhkan rasa terpelentirnya
hati seorang pasien yang sedang menderita penyakit sekeras apapun. Ada hal yang
tidak bisa di teliti secara ilmiah dan juga tidak harus dengan percobaan yang mahal,
ada yang timbul dari hati yaitu keikhlasan untuk menolong sesama.
Mengapa
perawat Perlu Empati?
Pertama, kesadaran bahwa tiap orang
memiliki sudut pandang berbeda akan mendorong perawat mampu menyesuaikan diri
sesuai dengan lingkungan sosialnya. Dengan menggunakan mobilitas pikirannya, perawat
dapat menempatkan diri pada posisi perannya sendiri maupun peran orang lain
sehingga akan membantu melakukan komunikasi efektif.
Kedua, mampu berempati mendorong perawat
tidak hanya mengurangi atau menghilangkan penderitaan orang lain, tetapi juga
ketidaknyamanan perasaan melihat penderitaan orang lain. Merasakan apa yang
dirasakan individu lain akan menghambat kecenderungan perilaku agresif terhadap
individu itu.
Ketiga, kemampuan untuk memahami
perspektif orang lain membuat perawat menyadari bahwa orang lain dapat membuat
penilaian berdasarkan perilakunya. Kemampuan ini membuat individu lebih melihat
ke dalam diri dan lebih menyadari serta memperhatikan pendapat orang lain
mengenai dirinya.
Kemampuan empati terkadang memang
tidak dapat langsung muncul dari diri seorang perawat begitu saja, ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan empati,yaitu:
1. Peduli, perhatian dari perawat kepada pasiennya,
sejauh mana komunikasi dapat terbentuk sehingga pasien dapat merasa nyaman
karena diperhatikan.
2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah
nyata dianggap memiliki kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang
rohaniawan, psikolog, maupun dokter di rumah sakit perawat tersebut mengabdi.
3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau
tidak pernah berlatih maka akan kalah dengan mereka yang masih pemula tetapi
rutin untuk rajin berlatih mengasah kemampuan empatinya.
4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman
adalah guru yang terbaik dan melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana,
dengan berbagi pengalaman dengan sesama rekan sekerja maka diharapkan perawat
akan lebih tangguh dan hebat.
Dengan begitu, maka perawat dapat
meningkatkan kemampuan empatinya agar dapat lebih mengerti, memahami, dan
menghayati tidak hanya kondisi fisik namun juga kondisi psikis pasien karena
pada dasarnya pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit tentunya dengan
tujuan memulihkan kondisi fisiknya yang sakit, padahal apabila kondisi fisik
seseorang mengalami suatu keadaan sakit, maka akan mempengaruhi kondisi
psikisnya, biasanya pasien akan lebih labil emosinya. Tenaga kesehatan
khususnya perawat harus peka dengan keadaan seperti ini, perawat tidak hanya
menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi psikisnya juga, dengan
berempati kepada pasien maka diharapkan pasien dapat sembuh lebih cepat.
Dengan kemampuan empati maka
perawat memiliki kemampuan untuk menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati
seorang perawat dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat perlu
menjaga kondisi kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi
satu sama lain.
3.
Altruisme
Altruisme merupakan perilaku yang
menggambarkan kepedulian dan kesejahteraan orang lain. Sikap dari nilai
altruisme yang ditampilkan perawat meliputi pemberian perhatian, komitmen/
prinsip yang dipegang teguh oleh perawat untuk mempertahankan janji, rasa iba,
kemurahan hati, serta ketekunan.
Perilaku
altruistik perawat
a. Memberikan
perhatian yang penuh pada klien ketika memberikan perawatan
b. Membantu
rekan perawat lainnya dalam memberikan perawatan ketika mereka tidak dapat
melakukannya.
c. Menunjukkan
perhatian pada kecenderungan dan masalah sosial yang memiliki implikasi
perawatan kesehatan.
Dalam keperawatan, altruisme
merupakan karakteristik kunci utama yang perlu hadir dalam hubungan
perawat-pasien untuk memastikan dan menjamin layanan yang tepat dan lingkungan
penyembuhan untuk pasien mereka. Jika seorang perawat melakukan perawatan
kepada pasien tanpa perhatian penuh mereka dan pasien akan rentan terhadap
lingkungan yang negatif menyebabkan pandangan negatif dan hasilnya bagi pasien.
Altruisme akan membantu membuka belas kasihan perawat dan keterampilan empati,
memungkinkan lingkungan yang lebih positif dan penyembuhan untuk pasien.
Referensi:
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan :
konsep, proses dan praktik. Edisi 4. Volume
1. Jakarta: EGC.
Bishop & Scudder. 2001. Etika Keperawatan.
Jakarta: EGC.
http://personalitydeaarista.wordpress.com/2010/12/29/tata-nilai-perawat-care-empathy-altruism/
0 comments: