2012/12/18

Tata Nilai Perawat (Care, Empathy, Altruism)

Posted by Unknown



Dalam suatu institusi kesehatan, peran perawat adalah melakukan asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan kepada klien. Perawat harus melihat klien sebagai manusia yang utuh dan unik dan menjadikan klien sebagai sentral dalam melakukan asuhan keperawatan. Dalam melakukan hal tersebut, perawat harus memiliki sikap dan tata nilai perawat yang dapat mendukung pemberian asuhan dan pelayanan kesehatan pada pasien. Tata nilai tersebut meliputi care, emphaty, dan altruism. Namun, sebelum dipelajari lebih lanjut, ada baiknya kita memahami arti dari tata nilai itu sendiri baik secara umum maupun dilihat dari keperawatannya itu sendiri.
Nilai secara umum adalah sesuatu yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Nilai-nilai berhubungan satu sama lain serta membentuk suatu sistem nilai. Perawat juga telah menetapkan nilai dan harus mengembangkan kesadaran tentang bagaimanan sistem nilai mereka sendiri akan mempengaruhi perawatan klien. Pemahaman sistem nilai akan membantu perawat bertindak secara profesional.
Tata nilai adalah seperangkat nilai yang harus dijunjung tinggi oleh seseorang dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Tata nilai merupakan modal yang amat besar pengaruhnya bagi upaya mewujudkan visi dan misi suatu profesi. Tata nilai perawat meliputi 3 hal :

1.      Caring
Care adalah tindakan penting dari inti keperawatan. Care adalah nilai. Caring adalah sebuah kebaikan. Care dalam bahasa Inggris berarti asuhan, pemeliharaan, perawatan. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan, dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik, artinya bukan hanya perawat saja yang dituntut untuk berperilaku caring, tapi sebagai manusia, kita juga harus mampu memperhatikan manusia lain.

Mengapa perawat harus care?
            Terdapat tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk care terhadap orang lain. Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan aspek spiritual dalam caring terhadap orang lain yang sakit.
1.  ASPEK KONTRAK
     Radsma (1994) dalam Morrison & Burnard (2009) mengatakan "perawat memiliki tugas
     profesional untuk memberikan care". Pasien mungkin mengharapkan care dari perawat sebagai bagian dari kontrak yang telah mereka buat dan menjadi perawat berarti menawarkan care.
2.  ASPEK ETIKA
     Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah, bagaimana membuat keputusan yang tepat, bagimana bertindak dalam situasi tertentu. Jenis pertanyaan ini akan mempengaruhi cara perawat memberikan asuhan. Meskipun seseorang bebas membuat keputusan, mereka juga harus mempertimbangkan tanggung jawab yang terkait dengan perilaku tersebut. Kita melakukan care  karena kita terus menyatakan care sebagai "tindakan yang benar".


3.  ASPEK SPIRITUAL
     Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain adalah ide utama. Oleh karena itu, perawat yang "religius" adalah orang yang care, bukan karena dia seorang perawat tetapi lebih karena dia adalah anggota suatu agama atau kepercayaan.
Caring dalam praktik keperawatan
Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, dan selalu mendengarkan klien.
Kehadiran:
Suatu pertemuan orang dengan orang lain merupakan sarana untuk lebih mendekatkan dan menyampaikan caring.
Sentuhan:
Menggunakan sentuhan merupakan salah satu cara pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Sentuhan caring adalah suatu bentuk komunikasi non verbal yang dapat memengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang kenyataan. Perawat dapat mengungkapkan jenis sentuhan ini dengan memegang tangan klien atau ikut serta dalam pembicaraan.
Mendengarkan:
Caring melibatkan interaksi interpersonal dan bukan sekadar percakapan resiprokal antar 2 orang. Mendengarkan merupakan kunci untuk menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Caring melalui mendengarkan juga membuat perawat terlibat dalam kehidupan klien.





2.      Empati
Empati adalah berusaha menempatkan diri pada seseorang yang bersangkutan sehingga dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang besangkutan tersebut. Empati berbeda dengan simpati, sikap melibatkan perasaan terhadap sesuatu hal, sehingga tidak dapat lagi berpikir objektif merupakan sikap simpati yang tidak seharusnya dimiliki oleh perawat.
Senyum dan rasa empati yang ditimbulkan setidaknya akan menjadi multivitamin dosis tinggi yang tanpa antibiotik atau obat yang super keras akan menyembuhkan rasa terpelentirnya hati seorang pasien yang sedang menderita penyakit sekeras apapun. Ada hal yang tidak bisa di teliti secara ilmiah dan juga tidak harus dengan percobaan yang mahal, ada yang timbul dari hati yaitu keikhlasan untuk menolong sesama.
Mengapa perawat Perlu Empati?
Pertama, kesadaran bahwa tiap orang memiliki sudut pandang berbeda akan mendorong perawat mampu menyesuaikan diri sesuai dengan lingkungan sosialnya. Dengan menggunakan mobilitas pikirannya, perawat dapat menempatkan diri pada posisi perannya sendiri maupun peran orang lain sehingga akan membantu melakukan komunikasi efektif.
Kedua, mampu berempati mendorong perawat tidak hanya mengurangi atau menghilangkan penderitaan orang lain, tetapi juga ketidaknyamanan perasaan melihat penderitaan orang lain. Merasakan apa yang dirasakan individu lain akan menghambat kecenderungan perilaku agresif terhadap individu itu.
Ketiga, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain membuat perawat menyadari bahwa orang lain dapat membuat penilaian berdasarkan perilakunya. Kemampuan ini membuat individu lebih melihat ke dalam diri dan lebih menyadari serta memperhatikan pendapat orang lain mengenai dirinya.
Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri seorang perawat begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan empati,yaitu:
1. Peduli, perhatian dari perawat kepada pasiennya, sejauh mana komunikasi dapat terbentuk sehingga pasien dapat merasa nyaman karena diperhatikan.
2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap memiliki kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan, psikolog, maupun dokter di rumah sakit perawat tersebut mengabdi.
3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih maka akan kalah dengan mereka yang masih pemula tetapi rutin untuk rajin berlatih mengasah kemampuan empatinya.
4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik dan melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan berbagi pengalaman dengan sesama rekan sekerja maka diharapkan perawat akan lebih tangguh dan hebat.
Dengan begitu, maka perawat dapat meningkatkan kemampuan empatinya agar dapat lebih mengerti, memahami, dan menghayati tidak hanya kondisi fisik namun juga kondisi psikis pasien karena pada dasarnya pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit tentunya dengan tujuan memulihkan kondisi fisiknya yang sakit, padahal apabila kondisi fisik seseorang mengalami suatu keadaan sakit, maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya, biasanya pasien akan lebih labil emosinya. Tenaga kesehatan khususnya perawat harus peka dengan keadaan seperti ini, perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien dapat sembuh lebih cepat.
Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan untuk menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati seorang perawat dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat perlu menjaga kondisi kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.
3.       Altruisme
Altruisme merupakan perilaku yang menggambarkan kepedulian dan kesejahteraan orang lain. Sikap dari nilai altruisme yang ditampilkan perawat meliputi pemberian perhatian, komitmen/ prinsip yang dipegang teguh oleh perawat untuk mempertahankan janji, rasa iba, kemurahan hati, serta ketekunan.


Perilaku altruistik perawat
a.       Memberikan perhatian yang penuh pada klien ketika memberikan perawatan
b.      Membantu rekan perawat lainnya dalam memberikan perawatan ketika mereka tidak dapat melakukannya.
c.       Menunjukkan perhatian pada kecenderungan dan masalah sosial yang memiliki implikasi perawatan kesehatan.
Dalam keperawatan, altruisme merupakan karakteristik kunci utama yang perlu hadir dalam hubungan perawat-pasien untuk memastikan dan menjamin layanan yang tepat dan lingkungan penyembuhan untuk pasien mereka. Jika seorang perawat melakukan perawatan kepada pasien tanpa perhatian penuh mereka dan pasien akan rentan terhadap lingkungan yang negatif menyebabkan pandangan negatif dan hasilnya bagi pasien. Altruisme akan membantu membuka belas kasihan perawat dan keterampilan empati, memungkinkan lingkungan yang lebih positif dan penyembuhan untuk pasien.

Referensi:
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan : konsep, proses dan praktik. Edisi 4. Volume      
1. Jakarta: EGC.
Bishop & Scudder. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: EGC.
http://personalitydeaarista.wordpress.com/2010/12/29/tata-nilai-perawat-care-empathy-altruism/

0 comments: